Sampai saat ini peran buku masih belum bisa tergantikan,
terutama dalam kapasitas, sebagai sumber pustaka, sumber pengetahuan dan sumber
imformasi walaupun banyak jejaring media sosial yang lebih praktis,dan lebih
hebat seperti dunianya internet. Dan sampai kapan pun, buku akan tetap jadi
primadona ilmu pengetahuan yang paling esensial bagi kemajuan peradaban
manusia.
Sebuah buku mampu menghadirkan serpihan-serpihan sejarah yang sudah lama tercecer berabad-abad, seakan menjadi terang benderang, oleh serpihan ilmu yang berserakan menjadi serangkaian data yang diolah melalui tulisan lalu dibukukan menjadi sebuah buku sehingga semua itu menjadi peristiwa yang berguna dalam memberdayakan kehidupan manusia.
Sebuah buku mampu menghadirkan serpihan-serpihan sejarah yang sudah lama tercecer berabad-abad, seakan menjadi terang benderang, oleh serpihan ilmu yang berserakan menjadi serangkaian data yang diolah melalui tulisan lalu dibukukan menjadi sebuah buku sehingga semua itu menjadi peristiwa yang berguna dalam memberdayakan kehidupan manusia.
Sumber: google |
Menjadi Pertualang Intelektual
"Menjadi
petualang intelektual" kutipan bahasanya Bang Mujadid Muhas, bahasa inilah
yang paling tepat dalam pemakaian bagi pecinta buku dan tulis menulis. Sebuah
buku lahir dari perkembangan dan kebutuhan akan pentingnya komunikasi,
informasi dan kemampuan daya pikir manusia, serta kelemahan daya tampung
pikiran manusia yang sangat terbatas.
Kebutuhan akan lahirnya buku bukan
berarti mengesampingkan media dan sumber pengetahuan lainnya, melainkan karena
memang sudah menjadi sebuah tuntutan zaman saat ini. Memang diperlukan sebuah
media ideal yang mampu menampung segala bentuk ilmu dan pengetahuan yang belum
tertulis dan dipublikasikan dalam bentuk kesatuan yang utuh yakni dibukukan
menjadi sebuah buku.
Pada
zaman kuno sebelumnya kita mengenal sebuah peradaban buku, tradisi komunikasi
masih mengandalkan lisan pada saat itu. Tak heran jika penyampaian imformasi
tentang certita-cerita, nyanyian, doa atau pun syair masih mengunakan media
lisan dari mulut ke mulut.
Sampai pada waktunya manusia mulai memikirkan cara
untuk menuangkannya semua itu dalam bentuk tulisan. Maka hasil tulisan itu
lahirlah apa yang disebut dengan “buku” kuno pada zaman ketika sarana
ilmu pengetahuan masih belum begitu memadai.
Bagi saya
peradaban buku adalah menjadi ciri khas kemajuan manusia dimasa lampau,
disamping menyokong ilmu pengetahuan secara luas, buku juga menjadi cerminan
pertualangan intelektual yang bisa dibayangkan tanpa harus melihat secara
lansung dimana peradaban manusia itu berlansung.
Peradaban buku telah
membuktikan dahsatnya kemajuan pemikiran manusia dalam menyongsong kehidupan
yang lebih dinamis dan progresif. Salah satu cirinya masyarakat berperadaban
adalah dengan adanya tulisan dan bahasa yang mewakili pemikiran manusia
dalam menjalin internal aksi dengan manusia lainnya (Hablum min ‘nan nas).
Dari proses intraksi itu lah bisa menciptakan sebuah bangunan peradaban
buku-buku kuno.
Apa yang
disebut dengan buku kuno ketika pertama kali dikenal belum seperti tulisan yang
tercetak di atas kertas keping-kepingan batu, tulang unta, pelepah kurma itu
pada zaman Nabi Muhammad SAW sampai pada zaman sahabat Khalafaurrasyidin, atau
di atas kertas terbuat dari daun Papirus. Papirus adalah tumbuhan sejenis
alang-alang yang tumbuh di sungai Nil.
Seperti
halnya di ungkapan oleh peneliti sejarah Lew Hee Men, (2000:6) dalam
bukunya, sejarah peradaban manusia, menyatakan bahwa
pertama kali tulisan yang tersusun secara alphabet ditemukan di Mesir sekitar
pada 1800 SM. Pada awal pertama kali ditulis di atas kayu dan batu sebelum akhirnya
ditulis diatas lembaran papirus. Kertas papirus bertulis dan berbentuk gulungan
yang disebut sebagai bentuk awal buku kuno.
Pada
perkembagan selanjutnya dunia pembukuan dan budaya tulisan mengalami perubahan
yang signifikan dengan diciptakannya kertas yang sampai sekarang masih kita
gunakan sebagai bahanbaku penerbitan buku. Tidak anyal jika lembaran-lembaran
kertas telah memantik lompatan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan sampai
saat ini.
Melalui
lembaran-lembaran kertas, beragam pemikiran sudah ditorehkan dan elaborasi ilmu
pengetahuan pun sudah mulai digalakkan. Lompatan besar melalui kertas yang
menghasilkan berjilid-jilid buku dan sampai menjadi cikal bakal lahirnya
sejumlah perpustakaan dan literasi menulis dan peradaban buku.
Kunci
pembuka
Sejarah
panjang pembuatan buku mencerminkan sebuah perjuangan panjang manusia dalam
mengubah sebuah peradaban hingga dari zaman ke zaman. Sekarang dunia tulisan
dan pembukuan sudah mengalami perkembangan yang sangat modern, dengan desain
yang lebih menarik berwarna, dan tata letak yang bagus, waktu pembuatan yang
singkat, serta mendapatkan hasil pembukuan yang banyak. Bahkan tehnologi
informasi baru sedang bergerak merubah semua itu melalui jaringan yang lebih
distributif dan tidak sentralistis.
Cobalah
kita berkaca pada masa lalu, betapa membuat tulisan untuk menjadikan buku itu
sangat sulit, memerlukan ketelatenan, ketelitian kesabaran dan pengabdian yang
totalitas dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Maka dari
itu marilah kita menghargai sebuah tulisan dan buku sebagai sumber ilmu
pengetahuan. Membaca adalah kunci pembuka kemamfatan sebuah buku dan tulisan.
Wallahu A’lam Bissawab. (Yar).
0 komentar:
Posting Komentar