Menulis Diri Sendiri ibarat berkaca di cermin yang bening, bisa menjadi evaluasi diri, bisa menjadi gugusan gagasan unik yang menarik bagi orang lain
Di tengah kesulitan ekonomi, bersama saudara-saudaranya, ia mencari tambahan uang dengan berjualan di saat bulan puasa, mengecat boneka kayu di wirausaha kecil dekat rumah, atau membantu tetangga berdagang di pasar. Pendidikanlah yang kemudian membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Dan kesempatan memang hanya datang kepada siapa yang siap menerimanya. Dengan kegigihan, anak Kota Apel dapat bekerja di The Big Apple, New York, sepuluh tahun mengembara di kota pali…
Itulah separagraf sinopsis novel best seller “9 Summers 10 Autumns, Dari Kota Apel Ke The Big Apple” karya Iwan Setyawan. Penulis yang tak terlalu terkenal sebagai penulis itu, bercerita tentang dirinya, tentang keluarganya, dan tentang prestasinya. Seorang anak yang terlahir dari rumah berukuran 6x7 meter, keluarga sopir angkot yang miskin, namun berhasil duduk di ruang-ruang kuliah bergengsi di kota Now York Amerika.
Cerita Diri Sendiri tentang sebuah perjalanan yang biasa-biasa namun tak biasa. Sebuah kisah pribadi yang memukau karena ironisnya, sebuah cerita diri sendiri, sebuah otobiografi yang di dijadikan bahan tertawaan namun dikemas istimewa dan apik dalam cerita yang kemudian mendapat best seller. Novel itu katanya sudah terjual lebih dari 30 ribu eksamplar. Hmm
Sebelumnya, dengan nada yang sama, novel laskar pelangi, mampu memukau dengan cerita Lintang dan kawab-kawanya. Begitu halnya, sebuah cerita pribadi, sebuah otobiografi, menjadi best seller, menjadi film, menjadi fenomenal dan menjadikan banyak merasa rugi jika tak mengikutinya. Begitu hebatnya cerita diri sendiri.
Dalam dunia penulisan, menulis otobiografi adalah satu hal yang menarik untuk dikembangkan. Apalagi bagi kita-kita -termasuk saya- yang baru saja belajar menulis. Menulis otobiografi adalah satu hal yang paling mungkin, karena siapapun bisa bercerita tentang dirinya sendiri.
Diri sendiri bagi orang lain, adalah sesuatu yang lucu, unik dan menarik namun kita sediri kadang tak menyadarinya. Banyak orang hebat enggan menulis kisah dirinya karena merasa apa yang diraihnya belum apa-apa dan tak ada yang istimewa. Padahal, diam-diam orang lain telah menyukai kisahnya dan ingin membacanya.
Diri sendiri ini memang menarik. Lihatlah apa yang dilakukan Tukul Arwana, setiap show, hamper tak ada yang lucu kecuali satu, ia berusaha menertawakan, dan membuat unik dirinya sendiri. Hebatnya tukul, walau tak menulis, ia memiliki kemampuan untuk memukau orang dengan skillnya bercas-cis-cus dan bertingkah didepan kamera.
Anehnya, olok-olok diri yang sering dilakukan tukul mampu membuat orang lain terpingkal, gemas dan terinspirasi. Begitu halnya, Omas, Doyok, Kadir, Eko Patrio, Ulfa dan pelawak-pelawak lain. Menetrawakan diri sendiri telah menyumbang kebahagiaan buat orang lain.
Sekali lagi, seorang penulis, entah penulis fiksi ataupun non fiksi, mestinya melihat, menulis diri sendiri ini menjadi inspirasi yang potensial dikembangkan. Saya juga berfikir kesitu. Ingin rasanya membuka lagi diary-diary lama tentang masa laluku, di kampung ketika usiaku masih 9 tahun, masa-masa dipesantren hingga masa-masa ketika suka sekali dengan aktifisme dunia kampus. Masa-masa yang, menurutku bisa indah bila diceritakan. Disitu ada sesuatu yang lucu, unik juga yang belum banyak orang mengalaminya.
Saya melihat ini satu hal yang baik untuk saya ceritakan. Tapi lagi-lagi, semangat menulis yang pudar seraya kesibukan-kesibukan. Pekerjaan menumpuk yang mendera saban hari membuatku pening, bagaimana memulai, menstrukturisasi tulisan-tulisan itu dan mengoragnisirnya menjadi sebuah gugusan ide yang cemerlang seperti lascar pelangi ataupun 9 Summers 10 Autumns, Dari Kota Apel Ke The Big Apple.
Karena itu, di kesempatan ini, saya meminta saran teman-teman penulis da blogger, terutama yang punya pengalaman menulis diri sendiri dalam otobiografi, apa yang harus saya lakukan? Bagaimana memulainya?. (Jumaily)
Cerita Diri Sendiri tentang sebuah perjalanan yang biasa-biasa namun tak biasa. Sebuah kisah pribadi yang memukau karena ironisnya, sebuah cerita diri sendiri, sebuah otobiografi yang di dijadikan bahan tertawaan namun dikemas istimewa dan apik dalam cerita yang kemudian mendapat best seller. Novel itu katanya sudah terjual lebih dari 30 ribu eksamplar. Hmm
Sebelumnya, dengan nada yang sama, novel laskar pelangi, mampu memukau dengan cerita Lintang dan kawab-kawanya. Begitu halnya, sebuah cerita pribadi, sebuah otobiografi, menjadi best seller, menjadi film, menjadi fenomenal dan menjadikan banyak merasa rugi jika tak mengikutinya. Begitu hebatnya cerita diri sendiri.
Dalam dunia penulisan, menulis otobiografi adalah satu hal yang menarik untuk dikembangkan. Apalagi bagi kita-kita -termasuk saya- yang baru saja belajar menulis. Menulis otobiografi adalah satu hal yang paling mungkin, karena siapapun bisa bercerita tentang dirinya sendiri.
Diri sendiri bagi orang lain, adalah sesuatu yang lucu, unik dan menarik namun kita sediri kadang tak menyadarinya. Banyak orang hebat enggan menulis kisah dirinya karena merasa apa yang diraihnya belum apa-apa dan tak ada yang istimewa. Padahal, diam-diam orang lain telah menyukai kisahnya dan ingin membacanya.
Diri sendiri ini memang menarik. Lihatlah apa yang dilakukan Tukul Arwana, setiap show, hamper tak ada yang lucu kecuali satu, ia berusaha menertawakan, dan membuat unik dirinya sendiri. Hebatnya tukul, walau tak menulis, ia memiliki kemampuan untuk memukau orang dengan skillnya bercas-cis-cus dan bertingkah didepan kamera.
Anehnya, olok-olok diri yang sering dilakukan tukul mampu membuat orang lain terpingkal, gemas dan terinspirasi. Begitu halnya, Omas, Doyok, Kadir, Eko Patrio, Ulfa dan pelawak-pelawak lain. Menetrawakan diri sendiri telah menyumbang kebahagiaan buat orang lain.
Sekali lagi, seorang penulis, entah penulis fiksi ataupun non fiksi, mestinya melihat, menulis diri sendiri ini menjadi inspirasi yang potensial dikembangkan. Saya juga berfikir kesitu. Ingin rasanya membuka lagi diary-diary lama tentang masa laluku, di kampung ketika usiaku masih 9 tahun, masa-masa dipesantren hingga masa-masa ketika suka sekali dengan aktifisme dunia kampus. Masa-masa yang, menurutku bisa indah bila diceritakan. Disitu ada sesuatu yang lucu, unik juga yang belum banyak orang mengalaminya.
Saya melihat ini satu hal yang baik untuk saya ceritakan. Tapi lagi-lagi, semangat menulis yang pudar seraya kesibukan-kesibukan. Pekerjaan menumpuk yang mendera saban hari membuatku pening, bagaimana memulai, menstrukturisasi tulisan-tulisan itu dan mengoragnisirnya menjadi sebuah gugusan ide yang cemerlang seperti lascar pelangi ataupun 9 Summers 10 Autumns, Dari Kota Apel Ke The Big Apple.
Karena itu, di kesempatan ini, saya meminta saran teman-teman penulis da blogger, terutama yang punya pengalaman menulis diri sendiri dalam otobiografi, apa yang harus saya lakukan? Bagaimana memulainya?. (Jumaily)
0 komentar:
Posting Komentar