Terik menyengat kulit
saat melewati jalan setapak menuju kawan Sekaroh, Desa Jerwaru kawan selatan
Lombok Timur. Anak-anak itu berseragaman merah putih, bermain di halaman sebuah
bangunan yang berdiri tak jauh dari jalan menuju pantai Pink. Meraka terus
menunjukan kebahagian disaat gelada persiapan upacara Hari Kemerdekaan RI ke 70 tahun (17 Agustus 2015). Itulah gedung sekolah Madrasah Ibditdakiyah (MI) Nahdlatul Wathan (NW) Nawwul Uyun ini cabang dari kesekian sekolah yang dimiliki oleh ormas
terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sekolah swasta ini termasuk yang membebaskan biaya pendidikan bagi muridnya. Kondisi gedung sekolah tak seperti di kota pada zaman sekarang yang serba memadai. Sebagian warna tembok yang semulanya hijau kini mulai memudar lantaran, tak pernah di cat lagi. Bangunan itu hannya memiliki tiga buah pintu dengan kondisi daun pintunya berlubang. Lantai semen pun banyak yang pecah dan berlubang, bahkan atapnya terlihat bocor, karena genting yang sudah berjatuhan.
Sejak berdiri 2004, sekolah yang memiliki tiga gedung. Salah satu ruangannya sengaja disekat mejadi dua sehingga menjadi empat ruangan. Penyekatan dilakukan agar bisa digunakan separuh untuk siswa kelas 1 yang belum memiliki rungan. Di sekolah ini pun tak ada ruangan guru dan kantor kepala sekolah.
Sekolah swasta ini termasuk yang membebaskan biaya pendidikan bagi muridnya. Kondisi gedung sekolah tak seperti di kota pada zaman sekarang yang serba memadai. Sebagian warna tembok yang semulanya hijau kini mulai memudar lantaran, tak pernah di cat lagi. Bangunan itu hannya memiliki tiga buah pintu dengan kondisi daun pintunya berlubang. Lantai semen pun banyak yang pecah dan berlubang, bahkan atapnya terlihat bocor, karena genting yang sudah berjatuhan.
Sejak berdiri 2004, sekolah yang memiliki tiga gedung. Salah satu ruangannya sengaja disekat mejadi dua sehingga menjadi empat ruangan. Penyekatan dilakukan agar bisa digunakan separuh untuk siswa kelas 1 yang belum memiliki rungan. Di sekolah ini pun tak ada ruangan guru dan kantor kepala sekolah.
Di dalam ruangan terpampang beberapa coretan gambar siswa. Coretan
itu merupakan buah karya yang dibuat oleh siswa. “Beginilah sekolah kami, sekolah
tak memiliki uang untuk membeli perlengkapan kelas seperti, meja, kursi, papan
tulis dan perlengakapan lainnya. Sebagian meja, kursi dan tiang bendera kami
dapatkan sumbangan dari beberapa sahabat yang peduli dengan sekolah ini”. Ujar Sri
Wahyuni, Kepala Sekolah MI NW Nawwul Uyun, sembari menunjukan beberapa kursi
yang sudah rusak.
Sri Wahyuni menuturkan,
sekolah ini didirikan untuk menampung anak dikawasan selatan yang tak bisa
sekolah ke tempat lain. Orangtua murid tentu tak memiliki cukup uang untuk
membayar iuran di sekolah lain yang biaya tinggi. “Mereka ini adalah anak-anak
bangsa yang harus diselamatkan. Mereka harus belajar agar memiliki masa
depan seperti anak lain di negeri ini”. Kata
Sri panggilan akrabnya.
Kini, siswa yang
terdaftar sebanyak 60 orang. Sejak berdiri MI NW Nawwul Uyun, ada puluhan
alumni yang sudah melanjutkan ke SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan tenaga
pengajar sebanyak 5 oran, dengan latar belakang S1 dua orang, dan sisanya
lulusan madrasah Aliyah. Karena keterbatasan dana yang dimiliki sekolah, setiap
guru yang mengajar hannya digaji 150.00 per bulan.
“Semua orang butuh
uang, namun lebih dari itu, kami ingin nasib anak-anak di tempat ini sama
dengan anak-anak lainnya. Mereka berhak merasakan pendidikan yang layak”. Kata
Salim guru kelas dua Ibtidakiyah ini.
Sekolah Nawwul Uyun
ini adalah tempat bagi anak-anak kawasan selatan Sekaroh menimba ilmu dan
pengetahun. “Dengan segala keterbatasa, kami terus berupaya mengajar dengan
segala macam kekurangan. Kita akui sekolah ini serba kurang dari segala
fasilitas, tapi tak seburuk sekolah di film Laskar Pelangi. Jika bukan kita,
lalu siapa yang mau peduli pada pendidikan anak-anak kita”. Kata, Salim Alumnus Madrasah Aliyah Nurul Jannah NW Ampenan
ini.
Bogor, 26 Agustus 2015
0 komentar:
Posting Komentar