Sekolah Nawatul Ulum NW Sekaroh sebelum ada tiang bendera |
Pagi itu, saya mendapat pesan singkat dari seorang sahabat Kelas Inspirasi
Lombok. Bunyi pesannya lebih kurang begini, “Besok hari minggu tanggal 17 Agustus, kita
apel di Sekaroh”. Tak berpikir panjang, saya pun lansung meng-iyakan. Setelah
sholat Subuh, saya bergegas dari Kota Mataram menuju dusun Sekaroh. Al-hasil
sebelum jam 7.10 WITA pun sudah berada di madrasah Nahdatul Wathan (NW) Nawawul
Uyun. Ya, itulah nama lain sekolah ini.
Masih ingat dengan novel laskar pelangi karyanya Andre Hirata? Buku yang
diterbitkan 2005 dan populer di negeri ini, hingga akhirnya di filmkan dilayar
lebar. Novel yang bercerita tentang 10 dari keluaurga miskin yang sekolah di SD
Muhammdaiyah Gantong, Belitung dengan kondisi sekolah yang sangat
memprihatinkan. Sekolah papan yang ditopang kayu karena hampir roboh. Tak
berbeda jauh dengan dengan yang dialami oleh, Sekolah tanpa tiang bendera.
Sekolah ini berada persis di kawasan jalan menuju pantai Pink, Dusun Sekaroh,
Desa Jerwaru, Lombok Timur.
Memasuki halaman depan sekolah, saya disambut puluhan siswa sambil
mereka bersorak gembira, “Kakak selamat datang di sekolah kita, senang rasanya
kakak bisa datang buatkan kami bendera sang saka merah putih”. Saya hannya bisa
membalas sapaan mereka dengan memberikan semangat, agar tiang bendera dijaga
dengan baik, hingga kelak bisa diwariskan ke adik kelas lainya.
Tepat pukul 8.30 pagi, kami mempersiapkan upacara bendera dengan geladi
bersama Kelas Inspirasi Lombok. Hingga upacara dilakukan dengan penuh hening. Dalam
sambutannya kepala sekolah, Sri Wahyuni mengatakan, ini merupakan penghargaan
bagi kami semua guru dan murid di Nawaul Uyun. Tujuh tahun berdiri, baru kali
ini upacara bendera dilaksanakan.“Bagi kami, merdeka itu sederhana,tiang bendera
dan kibaran merah putih di sekolah adalah kemerdekaan”. Ucap bu Sri sambil
meneteskan air mata. Itulah ucapan dari kepala sekolah kawasan pinggiran
Sekaroh ini.
Satu minggu sebelum ke sekolah Nawarul Uyun, saya belum menemukan tiang
bendera berdiri tegak dihalaman sekolah gersang itu. Ketika, saya dikabari untuk
merayakan hari kemerdakaan 17 Agustus. Saya seakan tak percaya di sekolah
kawasan selatan ini telah berdiri tiang bendera. Berdirinya bendera ini
memberikan harapan, kita masih menaruh harapan besar dalam dunia pendidikan.
Melihat lansung ke dalam bangunan sekolah, hannya sekat dan tiga ruangan
berlantai semen berlubang-lubang dan menengok atap beberapa genteng sudah pecah
dan jatuh. Sejenak, saya berpikir bagaimana kondisinya ketika hujan? Mungkin kita
bisa bayangkan sendiri. Ini adalah salah satu sekolah dari sebagian sekolah
lainnya di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang masih belum memiliki tiang bendera.
Mataram, 19 Agustus 2015
0 komentar:
Posting Komentar