Pada
bulan suci ramadhan ini, silaturrahmi antar kelompok masyarakat berjalan
simulan dan alami. Tradisi silaturrahmi pun dilakukan dengan para pendahulu yang sudah meninggal dunnia
melalui ziarah ke makam mereka. Makna puasa memiliki makna yang amat relevan.
Ditengah ancaman intoleransi, baik dalam hubungan antara agama, bulan puasa sejatinya
mampu mendinginkan jiwa yang berkobar akibat dari ambisi tertentu. Tidak pada
tempatnya jika kesadaran keberagaman digunakan sebagai langkah konfik dan
kebencian.
Tradisi
puasa sejak awal diperintahkan Tuhan, telah mengisyaratkan tentang pentingnya
menjadikan puasa sebagai titik temu,
sebagai bagian dari keberagaman tersebut. Puasa tidak hannya diwajibkan bagi
umat Islam, tetapi juga pada umat lainnya. Menurut Al-Zamakhsyari puasa
merupakan tradisi umat terdahulu sejak nabi Adam AS.
Bahkan seluruh umat terdahulu juga melaksanakan puasa dengan
tujuan untuk memupuk takwa dan keimanan mereka. Dan Islam dengan ajaran
puasanya bertujuan melanjutkan misi profetik agama-agama sebelumnya.
Misi
profertik seperti ni yang harus mampu menggugah kesadaran kolektif dalam
berbangsa dan bernegara. Puasa menjadi jembatan emas untuk mendekatkan
perasaan, akal pikiran dan nuranai kita bahwa pada hakikatnya tiap agama
mempunyai tujuan yang sama, yakni sebagai penyebar kebajikan dan rahmat bagi
semua umat di dunia. Karena itu puasa sebagai pesan teks yang harus digali
terus-menrus agar makna mampu
termanifestasikan dalam realitas kehidupan kita.
Menurut
Khaled Abou el Fadl (2005), semua pesan dalam teks keagamaan pada hakikatnya
terkait subyektifitas etika dan komitmen pembacanya, bukan hannya itu,
pembacaan juga bergantung pada metode yang digunakan pembaca teks itu. Maka,
memaknai puasa sejatinya tidak hannya dalam konteks pembebasan individual yang dikenal
sebagai rutinitas dan ritualitas belaka sebagaimana berlaku umumnya, tetapi
harus ditarik lebih luas guna membebaskan berbagai masalah sosial
kemasyarakatan.
Momentum
Perdamaian
Perdamaian
bukan suatu hal yang baru dalam tradisi agama. Perdamaian merupakan ajaran yang
inheren dalam tiap agama, khususnya Islam. Artinya, tanpa spirit perdamaian
sebenarnya ada sesuatu yang hilang dalam agama. Islam berasal dari kata al-salam
yang berarti perdamaian dan keselamatan.
Istimewanya, perdamaian
bukan hannya sekedar doktrin, tetapi juga menjadi khazanah yang membanggakan.
Perang dan konflik tak bisa dinafikan tersimpan dalam setiap sejarah
agama-agama, tetapi juga perdamaian juga menjadi khazanah yang tak bisa diabaikan,
begitu saja.
Sebab
alasan utama adalah, tanpa perdamaian tata kehidupan manusia tak bisa abadi.
Bagir Muhammad al-Hakim mengatakan, tak ada kebajkan yang dapat dicapai melalui
kehidupan berdampingan antara satu agama dengan agama lainnya. Meskipun
demikian, satu hal yang tak bisa dipungkiri, adalah perdamaian mulai hilang dalam
radar peradaban kemanusian.
Yang mengemukan adalah kecenderungan untuk
mengedepankan kebencian dari perdamaian. Yang lain kerap dianggap sebagai
ancaman dan bahaya. Ada fakta dimana kita tidak mau dan tidak mampu hidup
berdampingan dengan damai antara satu agama dengan agama lainya.
Sehingga
dalam hal ini, puasa sejatinya dapat menjadi momentum untuk mengigatkan kita
tentang pentingnya perdamaian. Puasa merupakan salah satu bukti, persamaan dan
titik temu merupakan sesuatu yang niscaya dalam setiap agama. Dalam beragama
yang harus dicari adalah persamaan yang kian mendekatkan hati. Puasa merupakan
salah satu ritual keagamaan yang di dalamnya termuat pesan perdamaian.
Apalagi
puasa merupakan sekolah rohani paling efektif untuk meredam emosi dan amarah.
Pada saat berpuasa,keinginan kita untuk merusak pasti akan teredam secara
otomatis. Puasa mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga lisan dan tangan dari
tindakan destruktif. Artinya, puasa akan bermakna jika pesan tentang perdamaian
mampu dijadikan prilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Puasa
akan bermakna jika kecenderungan untuk menebarkan kebencian dapat ditinggalkan
dan beralih untuk membangun pentingnya hidup berdampingan dengan cara yang
damai. Imam Gozali mengatakan, poros utama tingkah laku manusia adalah
hati. Karena itu, mengisi hati dengan
pesan perdamaian akan menjadi modal baik dikeberagaman kita saat ini.
Demikian juga dengan ibadah puasa akan diuji
sejauh mana kita mampu mengambil hikmah sebanyaknya untuk menebar perdamaian.
Menurut Ibnu Khaldun, keberagaman yang baik adalah keberagaman yang membumi dan
mampu beradaptasi dengan realitas kebudayaan dan peradaban.
Membangun
peradaban yang di dalamnya mengukuhkan perdamaian merupakan misi utama yang
sejatinya dapat tersosialisasi pada bulan Ramadhan ini. Selamat menjalankan
ibadah puasa dengan penuh kedamaian. Wallahu alam bissawab.
Penulis: Ahyar Rosidi ( Mahasiswa Semester Akhir IAIN Mataram) Sekarang aktif di Staf Ahli Program Unggulan Prov. NTB.
0 komentar:
Posting Komentar