Foto Ilustrasi (Sumber, https://pixabay.com/id/) |
Bocah mungil Intan Octavia tak bisa bertahan. Luka bakar 78 persen telah merenggut nyawa bocah mungil ber-usia 2,5 tahun itu kemarin pagi. “Intan meninggal karena luka bakar yang parah,” kata Rachim Dinata, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) A.W. Sjahranie, Samarinda rumah sakit yang merawat Intan. Seperti yang dilangsir Koran Tempo (15/11/16).
Intan adalah satu di antara empat
korban pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene di Kelurahan Sengkotek, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, pada Ahad pagi lalu. Seketika pria itu menjatuhkan
bom molotov seketika di dekat sekumpulan balita yang sedang berlarian riang keluar dari
gereja seusai ibadat. Selain Intan, tiga balitanya dilarikan ke RSUD A.W.
Sjahranie dengan jenis luka yang sama.
Kondisi Intan terparah diantara anak lainnya, paru-paru
bengkak. Itu diduga akibat menghirup asap sisa ledakan. Kepergian Intan menyisakan
duka mendalam dirumah tinggal orang tuanya, pasangan Anggiat Manumpak Banjarnahor, 33 tahun. Tapi menyisihkan
duka mendalam bagi kita bangsa Indonesia yang majmuk.
Hingga akhirnya Intan dinyatakan meninggal sekitar
pukul 04.30 Wita. Duka atas kepergian Intan lansung merambat jauh ke media sosial lewat
#RIPIntan. Seperti dalam cuitan akun @DayneNoe berikut ini: “Jika mulut mungilmu
itu bisa bersuara mungkin kau akan bertanya, ‘Salah aku apa kakak, Intan nakal
ya?’. Kesedihan mendalam atas perginya Intan tak hannya dirasakan orangtua, dan
kerabatnya, namun dirasakan para orangtua segala penjuru yang membaca kabar ini.
Selamat jalan nak Intan. Maha
rahman dan rahim telah meyakinkan saya,
bahwa balita sepertimu akan ditempatkan di surga-Nya tanpa ditanya apa agama
dan keyakinanmu.
Selamat jalan
Bogor, 14 November 2016
0 komentar:
Posting Komentar