Berbagai syarat seleksi masuk perguruan tinggi telah aku penuhi,
mulai dari persiapan bahasa Ingeris di Lembaga bahasa, Salemba Universitas
Indonesia (UI), aku jalani dengan penuh kesabaran. Pertengahan Agustus 2014,
aku bersama puluhan penerima beasiswa LPDP berbondong-bondong mengadu nasib
untuk masuk kampus ternama yang terletak di kawasan Depok itu.
Segala persiapan, mulai dari sertifikat Toefl, legalisir Ijazah,
kartu tanda pengenal (KTP) dan sampai pembayaran pendaftaran masuk sejumlah RP 800, aku
selesaikan semua. Seperti yang tertera di surat kelulusan beasiswa Lembaga Dana
penggelola Pendidikan (LPDP) kampus pilihan pertama di Fakultas Hukum,
Universitas Indonesia (UI).
Dengan kelengkapan persiapan ini, aku menjalani seleksi ini
seperti nomralnya para pemburu kampus nomor satu ini. Dari kontrakanku,
Salemba, aku menaiki taksi menuju stasiun kereta api, Cikini, menuju kampus UI
Depok.
Tepatnya tanggal 12 April 2014, aku mengikuti tes masuk S2 dengan seleksi
yang sangat ketat. Ketika masuk ruangan, aku pun terasa berada di dalam runagan
pengap. Bagaimana tidak, panitia berwajah sangar terus memperhatikan semua
peserta yang masuk.
Dalam waktu yang cukup lama, 4 jam. Dengan berbagai persiapan, aku
menyelesaikan soal dari Bahasa Inggris dan Tes Potensi Akademik (TPA). Waktu
yang terbilang lama dari jadwal yang telah ditentukan panitia sebelumnya.
Bagiku ini merupakan test masuk perguruan tinggi kedua, setelah, aku masuk di
kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, NTB.
Pengalaman menjawab soal toefl ITP di Salemba, lebih mudah di
bandinkan dengan test yang telah aku lalui di test penyaringan masuk kampus UI,
Depok. Aku pun, hannya bisa menagantungkan harapan agar, hasilnya maksimal,
sehingga bisa diterima di Fakultas Hukum, sesuai dengan rencana awalku
sebelumnya.
Untuk menunggu pengumuman, aku memutuskan balik ke Lombok.
Pertimbangannya, jika, aku menentap sementara di Salemba, aku tidak kuat dengan
biaya hidup sehari-hari. Menunggu honor menulis artikel pun, tidak cukup untuk menopang
kehidupanku selama satu bulan.
Tidak pilihan lain, aku harus kembali ke Lombok. Dengan berbagai
pertimbangan, aku diminta kembali lagi untuk bekerja di Staf Ahli program
Unggulan, tempat kerja sebelumnya. Sambil menunggu pengumuan di UI. Satu bulan
akhirya, aku menerima pengumuman itu.
Taman kecil di Gedung Pascasareana IPB (Foto, Ahyarros) |
Sambil
mebuka website resmi Simak UI, perlahan-lahan, aku membuka sesuai password
Simak. “Silahkan Mencoba Kembali” pesan singkat dari account pribadiku,
menandakan aku belum beruntung masuk di UI. Aku duduk, seraya menghibur diri,
tenang-tenang, insyayallah Nanti Tuhan Bantu (NTB).
Aku
anngap semua ini sebagai batu uji untuk belajar lebih tekun mempersiapkan
seleksi masuk selanjutnya. Setelah itu, aku menyiapkan kembali rencana
selanjutnya, mencari kampus negeri masuk dalam daftar list pemberi beasiswa.
Berlabuh
di IPB
Aku
tidak pernah berpikir sebelumnya untuk mengambil pilihan S2 di kampus yang dikenal dengan berbagai
hasil risetnya dalam bidang pertanian ini. Waktu itu, tentu menentukan pilihan ke kampus IPB
menjadi pilihan berat bagiku. Namun dengan berbagai pertimbangan dan masukkan
dari berbagai senior dengan segala keyakinan aku mempersiapan segala
kelengkapan masuk IPB.
Syarat
di IPB sangat berbeda dengan kampus UI. IPB, aku harus membuat surat rekomendasi
dari salah seorang doesn dan tempat kerja (bagi yang telah bekerja).
Rekomendasi dan syarat perlengakapan lainnya. Tanpa membutuhkan waktu panjang,
segala syarat-syarat masuk aku penuhi dalam waktu singkat.
Dari
surat rekomendasi, surat penjamin biaya kuliah dan segala biaya lainnya. Berkat
bantuan seorang senior dikantor tempat saya bekerja (Muhammad Sapwan) segala
urusan sangat membantuku.
Segala
syarat telah aku penuhi, aku hannya bisa berharap agar kali ini tidak gagal
lagi masuk di IPB. Tanpa proses panjang, dalam watu dua minggu, aku pun telah
dinyatakan diterima. Aku tidak tahu, apa pertimbangan dari kampus di Dramaga,
Bogor ini? Aku hannya berharap, agar secepatnya masuk kuliah, menempa diri
belajar bersama mereka para Begawan kampus pencetak pemikir pertanian bangsa
ini.
Segala
urusan di Mataram sudah aku persiapan. Pekerjaan di program Unggulan, aku
selesaikan. Tepatnya, bulan Agustus 2015. Akhirnya, aku berangkat menuju kota
Hujan, di mana kampus baruku saat ini, tempat aku habiskan waktu, bermimpi
seringgi-tinggi. Saya sadar, masuk dunia kampus bagi orang sudah bekerja
bertahun–tahun tidak mud.
Kita mengambil
sebuah pilihan sikap prkatisnya untuk berdamai dengan kehidupan kampus
penuh dengan mitos-motis akademik. Mereka yang mampu mendapatkan
nilai IPK tertinggi, akan menjadi jawaban paling pintar diantara mahasiswa
lainnya.
Melihat
dunia yang sangat berbeda dari dunia sebelumnya. Berjibaku dengan berbagai
tugas tumpukkan tugas yang dalam
jangka tertntu diselsaikan. Perintah seorang dosen menjadi ucapkan sakti, bagi
para mahasiswa di kampus IPB. Tidak terkecuali bagiku, tidak ada pilihan, selain berdamai
dengan perintah dosen.
Bagiku,
ini adalah pilhan yang sudah aku rencanakan dari sebelumnya. Mulai hari ini,
tiap minggu, aku harus menyiapkan makalah dan paper untuk dibagikan dalam pertemuan
bersama sahabat baruku.
Dalam
perjalanan ini, aku ingin belajar menuai hikmah dari memetik setiap pengalaman dari titik dalam perjalanan singkat
menempa diri di IPB. Saya bertemu keluarga baru, yang sertip aku terlambat
mengumpulkan tugas, mereka membatu satu sama lain. Ketika salah satu diantara
kami sakit, keluarga baruku merangkul dalam segala terbatas.
Aku
datang bersama dan ingin pergi meninggalkan IPB bersama-sama. Berlabuh di IPB
membuatku menemukan proses belajar untuk tak terbiasa berlari sendiri, tanpa
mau berlari bersama-sama. “Jika ingin berlari cepat, maka larilah sendiri, namun,
jika ingin berlari jauh, maka larilah bersama-sama.
Akhirnya,
aku berlabuh di kampus IPB Bogor, Dramaga, untuk kali pertama. Aku memasuki
dunia baru, yang selama ini jauh dari perkiraanku sebelumnya. Aku hannya bisa
berharap Allah SWT akan memberikan ketabahan dan memberikan cahaya baru dalam
perjalananku ini. []
Bogor, 8 November 2015
0 komentar:
Posting Komentar