Kelompok inilah yang aktif melakukan kerja-kerja pemberdayaan dan penguatan
sosial ekonomi warga. Tujuan utamanya melawan kelaparan dan kemiskinan. Dan
hasilnya patut dibanggakan: pondasi ekonomi rumah tangga warga di desa itu,
perlahan tapi pasti menjadi menguat. Perempuan menjadi individu yang mandiri
yang ikut menopang pendapatan keluarga.
Apa sebenarnya yang
dilakukan perempuan di Kuripan Selatan? Sebenarnya tak ada yang luar biasa.
Tetapi mereka punya satu keyakinan bersama bahwa kelaparan dan kemiskinan bukan
takdir yang tak bisa diubah. Dan mereka bekerja keras untuk membuktikannya.
Berdiri pertama kali tahun 2007, Kelompok Wanita Tani Karya Bersama dihadapkan
pada satu fakta suram: mayoritas mereka dan keluarganya hidup dalam jeratan
kemiskinan. Menurut data desa waktu itu, paling tidak 85 persen kepala keluarga
di sana masuk kategori miskin.
Ukurannya sederhana:
penghasilan yang rendah dan tak pasti, tempat tinggal yang tak layak huni dan
kebutuhan gizi terutama untuk anakanak sulit terpenuhi. Mula-mula ide sederhana
digulirkan. Iuran anggota secara berkala Rp 5.000 diterapkan. Walaupun itu
jumlah yang tak kecil bagi ukuran kaum hawa di sana, tetapi tekad yang kuat
membuat iuran itu dipatuhi bersama. Puluhan perempuan yang menjadi anggota
kelompok saat itu, mencoba merintis usaha dan saling membantu mengembangkannya.
Ada yang bergerak di
usaha penjualan pakaian, produksi tempe, dan penjualan kacang panjang. Kendala
klasik berupa modal, bisa teratasi dengan bantuan dana bergulir dari Program
Desa Mandiri Pangan. Lebih jauh dari itu, sejumlah pelatihan life skill pun
diberikan Badan Ketahanan Pangan kepada para perempuan yang sebelumnya relatif
tak memiliki ketrampilan itu. “Modal kami lebih banyak hanya tekad
dan keberanian untuk
merintis usaha demi perbaikan hidup. Kami berterima kasih melalui program Desa
Mandiri Pangan, kami bisa diberdayakan,” tutur Marsyamsuma, Pembina Kelompok
Wanita Tani Karya Bersama. Ternyata para perempuan Desa Kuripan Selatan
bertangan dingin.
Usaha mereka berkembang
terus. Mereka berhasil memasarkan produk-produk usahanya hingga ke luar batas
desa, bahkan lintas kecamatan dan kabupaten. Terutama untuk produksi kasur dan
kacang panjang. “Kadang kasur dan kacang panjang ini kita ambil dari luar
daerah, kemudian kita jualkan kembali ke daerah lain. Jadi, kelebihan kami
memang lebih pada pemasaran,” kata Siti Fatimah, Ketua Kelompok Wanita Tani
Karya Bersama. Kini perekonomian di desa Kuripan Selatan terasa menggeliat.
Pondasi ekonomi rumah tangga menguat. Lapangan pekerjaan terbuka, kaum
perempuan di sana jadi percaya diri dan mandiri.
Anak-anak cukup gizi
dan tidak putus sekolah lagi. Sebagai wujud kepedulian, Kelompok Tani Wanita
Karya Bersama membantu kaumnya dengan program sosial Pembangunan Rumah
Perempuan. Bentuknya berupa rehabilitasi rumah tidak layak huni bagi para
perempuan yang sudah menjanda. Program ini sudah berhasil dijalankan selama
satu setengah tahun terakhir. Setidaknya, sudah ada lima rumah janda di desa
yang berhasil diperbaiki.
Meski kiprah usaha
Kelompok Wanita Tani Karya Bersama terbilang sukses, para anggotanya masih
memiliki impian untuk terus meraih kemajuan. Harapan utama mereka, usahanya
bisa lebih besar dan membuka peluang kerja bagi lebih banyak orang. Sebuah
tekad yang mulia dari kaum perempuan di desa yang umumnya dipandang tak berdaya. Wallahuallab bisawab []
Bogor, 31 Agustus 2015
0 komentar:
Posting Komentar