Gerakan Mahasiswa masih Kita Nanti

Aksi mahasiswa dibeberapa  daerah yang menolak yang menolak rencana kenaikan bahan bakar minyak pada akhir maret lalu  mengingatkan kan kita pada gerakan massif mahasiswa pada 1998. Meskipun hasil yang dihasilkan tidaklah sehebat pada tahun 1998, bagaimana pun aksi mahasiswa kali ini.  Yang berhasil menggagalkan rencana  pemerintah kenaikan  harga BBM.

Keberhasilan ini menunjukan bahwa mahasiswa masih tetap memiliki kekuatan utuk melawan praktik-praktik kekuasaan yang merugikan  kepentingan rakyat. Gerakan mahasiswa dalam melakukan perubahan efektif karena gerakan ini relatif murni dari gerakan politik. Dan tuntutan mahasiswa identik dengan perbaikan pada kebijakan pemerintah yang mengakibatkan penderitaan dan penelantaran kepentingan rakyat.

Meskipun sikap mahasiswa diidentikkan juga dengan sikap apatis,individualistis,,pragmatis dan ofortunis, publik masih yakin mahasiswa masih peduli dengan kondisi NTB dan bangsa ini. Karena itu public masih menaruh harapan kepada gerakan mahasiswa dan kendati gerakan ini cenderung mengendepankan sikap reaksioner ketimbang kemampuan intelektual dalam membaca kondisi yang objektif masyakat kita secara ilmiah.

Kalau kita kembali pada sejarah 1998 misalkan, peran mahasiswa dalam menumbangkan rezim orde baru dikenang sebagi bukti kemenangan idealisme gerakan mahasiswa terhadap tirani Soeharto pada saat itu. Tapi setelah pasca reformasi aksi dan gerakan mahasiwa terasa melempem karena mahasiswa terkotak-kotak sehingga gerakan mereka menjadi sebuah gerakan yang sporadis.

Meskipun demikian, gerakan mahasiswa tetap memiliki potensial melawan penguasa seperti gerakan didalam menolak kenaikkan harga BBM. Kepercayaan mahasiswa pada gerakan publik pada mahasiswa tetap tinggi karena dianggap masih murni dalam mengajukan tuntutan peruban pada pemerintah. Mahasiswa adalah alat kontrol pemerintah yang  efektif ketimbang partai politik sebagai organisasi politik formal.

Dalam carut-marut politik dan ekonomi yang muncul sekarang ini muncul beberapa harapan agar mahasiswa bangkit dan bersatu untuk memulai gerakan reformasi. Harapan ini terungkap dari 70 persen respon jajak pendapat yang dilakukan oleh (Kompas 9-11 Mei) lalu. Mereka mengingikan adanya reformasi terhadap situasi dan kondisi bangsa saat ini apa lagi dalam konteks ke NTB –an kita saat ini.

Meskipun demikian mahasiswa dipercaya masih mampu membuat gerakan pada masa reformasi, ada beberapa kendala yang membedakan antara gerakan mahasiswa 1998. Kapitalisasi mahasiswa pendidikan yang berorentasi pada biaya yang begitu tinggi berdampak cukup luas kepada gairah mahasiswa untuk terlibat dalam gerakan-gerakan mahasiswa lebih berorentasi pada penyelesaian pendidikan ketimbang aktif memperjuangkan ketimpangan social yang terjadi di negeri ini.

Kondisi seperti ini memuat mahasiswa dapat terjebak antara pilihan-pilihan pragmatis dan idealis. Pilihan pertama terkait dengan langkah untuk menyelamatkan pendidikan mereka. Sementara pada pilihan kedua terkait dengan semangat untuk membaktikan pada masyarakat.  Wallahu a’alam bisawab.

TGB Centre, 14/ Mei/2012.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Translate

Flickr Photostream

Twitter Updates

Meet The Author