The Old Man
and The Sea karya Ernest Hemingway tentang Santiago, seorang nelayan tua yang
melewatkan delapan puluh hari tanpa menangkap seekor ikan pun. Di kampungnya ia
kemudian dijuluki sebagai salao,
yaitu bentuk terburuk dari ketidak-beruntungan
Ia kemudian berlayar sendirian ke Gulf
Stream, yang letaknya di Samudra Atlantik, di hari ke delapan puluh lima. Siang
harinya, umpannya dimakan oleh ikan berukuran besar, seekor ikan Marlin.
Namun karena ikan itu bertubuh sangat
besar, ia tak mampu menarik talinya kailnya, malah ia dan perahu kecilnya yang
tertarik gerakan ikan tersebut. Lelaki tua Santiago harus berjuang selama
berhari-hari di tengah lautan. Ia hannya berteman dengan burung-burung yang
berterbangan di atas perahunya.
Ia harus bertahan meskipun lelah, sakit karena
kram dan terluka oleh sabetan ikan, dan hannya makan ikan mentah untuk
menganjal perutnya yang kelaparan. Novela The
Old Man and The Sea berhasil membuat Hemingway menjadi selebiti dunia.
Karena karyanya yang fenomenal ini, ia berhasil meraih nobel prize dalam bidang sastra 1951.
Hemingway mengunakan sosok Santiago si
nelayan tua, menunjukkan perjuangan hidup serta mengambarkan paralelisme kita Injil dalam kehidupan
modern. Begitu banyak pesan moral yang didapatkan
dari The Old Man and The Sea.
Sebagai
nelayan berusia lanjut, Santiago hannya ingin menunjukkan eksistensinya. Ia
ingin membuktikan bahwa ia bukan salao,
meskipun ia harus mempertaruhkan nyawanya. Baginya hidup adalah perjuangan, dan
ia takkan berhenti berjuang hingga mau menjeratnya.
The Old Man
and The Sea menjadi karya yang fenomenal karena mengisahkan tentang
pertualangan serta perjuangan seseorang pria tua yang mennagkap ikan besar di
tengah Samudra Atlantik. Ada banyak pesan moral yang bisa didapat dari Novela
ini, berkaitan dengan persahabatan, perjuangan hidup, serta kegigihan dalam
bekerja.
Bogor, 27 Januari 2017
0 komentar:
Posting Komentar