Ketika Hilmy Jayadi Tak Bersama Kami


Beberapa minggu ini, saya mencoba membuka koleksi foto lawas di laptop, tanpa sengaja saya menemukan foto seorang sahabat sekaligus saudara satu perjuang di Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan (NW) Cabang Mataram. Hilmy Jayadi para aktivis kampus kerap memanggil namanya, ia pun telah menghadap sang khalik dua tahun silam. Almarhum, tak hannya meninggalkan kisah terbaik, namun meninggalkan nama baik bagi sahabat sesama satu organisasi kampus.

Saya mulai berkenalan sama Hilmy Jayadi, ketika menginjak semester tiga di Institut Agama Islam Negeri  (IAIN) Mataram. Ketika itu, saya ikut bergabungan dengan oraganisasi kampus HIMMAH NW Cabang Mataram. Keinginan masuk di Himmah NW waktu itu, saya ketika masuk di organisasi intra kampus Lembaga Pers Mahasiswa Kampus (LPM ROYU’NA). Namun di oraganisasi ekstra saya melabuhkan pilihan bergabung bersama aktivis NW ormas terbesar di Nusa Tenggara Barat ini.

Saya mulai bergabung di HIMMAH NW dengan segenap pengalaman pernah mmengenyam pendidikan dilingkungan pesantren sejak ibtidakiyah sampai madrasah Aliyah. Hingga harapan saya tidak akan kesulitan bergaul dan berdiskusi materi-materi ke-NWan. Lama belajar itu pun menyakinkan diri untuk  mengikuti proses belajar di HIMMAH NW. Hari pertama pembekalan kader baru Wahana Pengkaderan (WAPA)  di TGB Centre, Jl. Langko Mataram, saya mulai berkenalan dengan Hilmy.

Sumber: Facebook Hilmy Jayadi
Penampilan  bersahaja melekat pada dirinya, seperti kebanyakan mahasiswa lainnya. Sejak pertama menatap  penampilan, gaya bicara bahkan dari kata-kata terucap dari pembicaraan, saya telah pastikan, ia pentolan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Universitas Mataram (Unram).  Tebakan ku pun memang benar.  Pada sesi perkenalan, ia menyebut namanya, Muhammad Hilmy Jayadi sang pembelajar dengan lantunan suara lembut. Sejak itulah, saya pun mulai akrab berdiskusi bersama Hilmy Sang Pembelajar. 

Belum genap satu tahun bersama tinggal di TGB Centre, kepengurusan HIMMAH NW Cabang, Komisariat mengalami pergantian. Ketika saya di IAIN dipercaya sebagai ketua komisariat, ia pun naik jadi pengurus Cabang bidang kaderisasi satu tingkat lebih tinggi. Selama belajar berogansasi bersama di HIMMAH, saya sering mengamati cara ia melakukan pendekatan pada kader-kader ditingkat komisariat. Ia senantiasa rendah hati, terbuka dengan berbagai kritikan. 

Kritikan seringkali ia ibaratkan sebagai pil pahit yang menyehatkan. Suatu ketika diruang diskusi soal Jaringan Islam Liberalisme, lantas saya pun menunjukan pendapat berbeda. Ia menanggapi kritikan saya dengan wajah tersenyum sambil menganguk-anggukan kepala. Ia lantas tak panas telinga ketika mendengar kritikan dan tak tumbang ketika dipuji. Tiap kali berdiskusi bersama, saya hannya berdecak kagum dengan piawainya menylipkan kutipan-kutipan sang pendiri NW TGKH. Zainuddin Abdul Madjid. 

Dalam penguasaan ke-ilmuan tentang ke-NWan seperti, Hiziban, Al-Barzanzi maupun istillah dalam segudang khazanah di NW  kepengurusan HIMMAH Cabang Mataram ia ahlinya. Saya pun berani bertaruh jika ada diantara kami yang berani bertanding soal ke-ilmuan. Hingga ia sangat pantas memangku tanggung jawab sebagai ketua HIMMAH Cabang Mataram 2012 sampai 2013.      
Piawai dalam pengunaan bahasa agama adalah senjata pamungkas untuk membujuk kader yang kurang terlibat aktif, alias kader bandel di berbagai kegiatan HIMMAH NW.  Ia tak hannya piawai dalam pengunaan bahasa, namun ia pun mulai berselirih dengan lagu bang Haji Rhoma Irama dan kolektor ratusan ceramah mendiang KH. Zainuddin MZ  pencermah tersohor di jagat Nusantara.
Dalam dunia akademik ia terbilalng berperitasi, menyelesaikan studi S1 Jurusan Biologi selama empat tahun dengan predikat hasil sangar memuaskan di UNRAM. 


Tak heran jika, mengundang decak kagum beberapa dosennya. Ketika berkunjug ke kampong halamanya di Benyer, Lombok Timur, saya mendengar cerita ibunya tentang prestasi sang anak. “Sejak Sekolah bangku dasar ia selalu mendapatkan juara satu, kepintaran itu pun megantarkan ia meraih melanjutkan beasiswa S1 di Universitas Negeri Jogyakarta (UNY) untuk tahun pertama. Karena tahun kedua, ia tak bisa melanjutkan studi karena terkendala biaya. Hingga ia pun memilih balik ke Lombok dan melanjutkan studi di UNRAM”. Cerita sang ibu seraya mengusap air matanya yang menetes membasahi pipinya.    

Sebagai sahabat dekat Hilmy. Ia sangat jujur, suka membantu semua sesama dan rendah hati. Ia mengajarkan perjalanan air mengalir selalu menuju ke tempat yang paling rendah. Ia selalu mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang paling rendah. Setelah itu ia akan menguap menjadi awan dan ketika bertemu gunung, akan mengembun lalu turun sebagai hujan. Sikap seperti inilah ia tampakkan pada saya, selama bergaul dan berguru pada Hilmy.

Setelah menyelesaikan studi S1, di UNRAM. Ia sempat mengajar di SMK Kelautan, Jalan Lingkar Selatan. Namun tak lama kemudian, ia memilih mengundurkan diri, karena harus mengemban amanah untuk membantu H. M Zainul Majdi untuk maju pada Pilkada Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam bidang penggolahan data dan informasi di TGB Centre. Tekun, kerja keras dan bertanggung jawab dalam menjalankan amanah dipenggolahan data tim pemenangan TGB Centre, ia selesaikan bersama empat rekanannya.   
  
Sebelum penghitungan ia sempat menelpon untuk minta bertemu dengan saya. Sebagai teman dan pernah menjadi satu pengurus di HIMMAH NW, saya selalu menyempatkan untuk berdiskusi bersama. Sebagai sahabat karib dan ketua umum, ia banyak bercerita tentang mimpinya untuk bisa melanjutkan kuliah s2 di Universitas Gadjah Mada (UGM) baru setelah itu ia akan mengundang saya ada acara pernikahan dengan kekasihnya waktu itu. Sambil ia tersenyum penuh pecaya diri. Saya pun memberikan ia keyakinan, bahwa apa yang ia mimpikan itu pastikan akan dimudahkan oleh Allah SWT.

Pada siang itu tepatnya jam 12.00 WITA , usai makan siang saya mengajak Helmy pulang ke Lombok Timur, awalnya, saya ragu untuk mengajaknya pulang, namun ia pun mengiyakan ajakkan ku waktu itu. Awalnya saya ingin antar ia pulang sampai Kampung halamannya (Benyer), namun ia menolak. Kemudian minta untuk saya antarkan sampai di Pasar Masbagik. Ia naik angkutan umum jurusan Kayangan, sementara saya harus lansung kembali ke Mataram.  Setelah perjumpaan itu, saya dengan Helmy lebih banyak komunikasi lewat media sosial.

Satu bulan setelah setelah mengantar ia pulang, saya mulai khawatirkan dengan kesehatan yang mendera kaki sebelah kirinya. Siapa yang akan mengira, diamnya sahabatku Helmy Jayadi Hp tak bisa dihubungi, ia berpulang pun kerahmatulloh untuk selama-selamanya. Saya menyesali diri karena terlalu didera kesibukan, hingga tak kunjung menemuinya.  Bagiku Helmy adalah mutiara yang pernah dimiliki HIMMAH NW Mataram. Ia adalah satu-satunya mutiara kejujuran yang pernah mengabbdikan diri untuk Nahdlatul Wathan.

Izinkan saya mengatakan, “Dirimu telah mengajarkanku tentang arti sebuah kejujuran dan harga diri”. Selamat Jalan saudaraku. Allah SWT bersamamu.  Saya minta maaf kalau baru kali ini menulis tentang mu.

Jakarta, 14 Maret 2015

3 komentar:

  1. semoga beliau mendapatkan syafaat dari baginda rasulullah saw...amiiin

    BalasHapus
  2. saya menjadi saksi kelak bahwa beliau adalah orang yang baik,,,belaiau yang mengajarkan kami ilmu ke-nw-an,,,dari ajarn itu kami mengenal manisnya ajaran nw

    BalasHapus
  3. saya menjadi ketua umum himmah nw cabang mataram tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari beliau,,baik secara doa maupun secara ajaran yang selalu beliau berikan...semoga amalnya akan membawa beliau kepada kebaikan...amiiin

    BalasHapus

 

Translate

Flickr Photostream

Twitter Updates

Meet The Author